Patut di Contoh! Semangat Wanita Ini Menempuh Pendidikan S2 Gak Terhalangi Oleh Keterbatasan Fisiknya, Siapa Sangka Dia Berhasil Lulus Dengan Predikat Cum Laude!



Luthfi Azizatunnisa adalah seseorang yang memiliki semangat hidup yang patut ditiru. Luthfi merupakan sosok yang keras kepala, namun dari keras kepalanya tersebut ia mampu survive dengan segala keterbatasan fisik yang dialami sekarang.

Cewek yang pernah aktif di organisasi mahasiswa pecinta alam (mapala) ini mulanya memiliki fisik yang sempurna. Dia menjalani hari-harinya dengan normal. Namun tragedi kecelakaan pada enam tahun lalu menjadi titik balik kondisi gadis berhijab ini.

Kecelakaan yang menimpa pada saat semester akhir kuliahnya itu tak hanya membuat studinya di Kedokteran UNS Solo tersendat 3 tahun, tapi juga mengubah fisiknya. Luthfi harus menggantungkan pada kursi roda untuk mobilitasnya. Alhasil, dia juga harus memupus hobinya naik gunung.

Tragedi pilu itu terjadi pada 15 Agustus 2011 ketika ia terlibat dalam kecelakaan lalu lintas di jalan Solo-Yogya. Musibah ini mengakibatkan ia menderita quadriplegic level C6, di mana tulang lehernya ruas ke-6 dan 7 patah dan mendesak tulang sumsum belakang. Akibatnya, dia lumpuh di keempat anggota gerak (quadriplegia).

Luthfi yang sesaat setelah kecelakaan dirawat di UGD RS PKU Muhammadiyah Delanggu, kemudian menjalani operasi di RSUP Suradji Tirtonegoro. Saking parahnya kondisi yang dialami, ketika itu dokter bahkan sempat menyatakan peluang hidupnya hanya 50%. Beruntung, anak sulung dari tiga bersaudara itu pun berhasil melewati masa kritis.

Mendapat cobaan yang begitu berat, tidak lantas membuat wanita kelahiran November 1991 itu patah semangat. Luthfi mengambil cuti kuliah selama 3 tahun untuk penyembuhannya.

Ketika kembali ke kampus, tantangan lebih berat harus dihadapi Luthfi. Tidak saja harus berkutat dengan mata kuliah kedokteran yang terkenal tidak gampang, Luthfi juga harus bekerja keras untuk mobilitasnya di kampus.

Dibantu kedua orangtuanya, Luthfi berangkat kuliah setiap jam 06.00 dari Klaten ke Solo yang berjarak kurang lebih satu jam. Sang ibu juga setia mendampingi Luthfi di kampus. Ibunya pula yang membantu Luthfi saat harus naik-turun tangga dan pindah dari gedung satu ke gedung lainnya. Terkadang teman-teman kelasnya juga membantunya.

Perkuliahannya dilakukan di lantai 3, sedangkan laboratorium penelitian berada di lantai 2. Dua-duanya tidak memiliki lift karena gedung lama. “Ibuku bantuin rambatan tangga, ada yang bantuin angkatin kursi roda. Di tengah-tengah nanti berhenti. Jadi naik tangga tuh bisa setengah jam. Begitu tiap hari. Jadi waktu itu kurus banget sih,” ungkap Luthfi saat ditemui brilio.net, Selasa (23/1).

Perjuangan Luthfi dan sang ibu pun berbuah manis. Dengan semangat dan ketelatenannya, Luthfi berhasil menyelesaikan studi S1 kedokterannya.

Tapi lulus sebagai sarjana kedokteran bukan tujuan akhir. Luthfi pun melanjutkan studi dengan menempuh S2 jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat di UGM pada tahun 2016. Bahkan, dia mendapat beasiswa dari WHO TDR (Tropical Disease Research) yang membuatnya terbebas dari biaya perkuliahan.

Selama kuliah di UGM, sosok yang gemar menulis itu juga didampingi ibunya. Mereka berangkat dari rumahnya di Klaten jam 06.00 dan baru sampai di rumah kembali menjelang isya.

Ketika kuliah, wanita yang dikenal cerdas itu kerap diminta para dosennya untuk membantu dalam berbagai proyek penelitian. Studi S2 itu pun dilalui Luthfi dengan lancar hingga dia diwisuda dengan predikat cumlaude pada tahun 2017.

Lulus S2 seakan membuat semangat wanita yang bercita-cita menjadi pengajar ini semakin menyala terang. Wanita yang telah menikah dengan pria pujaannya, Riki Budisetiwan, itu bertekad menempuh studi S3 di luar negeri. Tak tanggung-tanggung, Belanda menjadi negara tujuannya. Bulan Maret tahun ini, bersama suaminya ia akan berangkat ke Australia untuk mengikuti kursus pendek.

Keberhasilan Luthfi bangkit dari situasi sulit dan mencapai titik sekarang ini tak lepas dari besarnya dukungan orang-orang terkasihnya. “Keluarga memang benar-benar mendukung,” ungkap dia.

Kisah cinta yang unik

Tidak hanya kisah pendidikannya yang menarik, tapi soal asmaranya juga terbilang unik. Perkenalan Luthfi dengan pria yang kini jadi suaminya, Riki Budi Setiawan, tak bisa dilepaskan dari Facebook dan blog. Kala itu, tahun 2012, Budi yang mengetahui Luthfi dari Facebook kemudian membaca blog milik Luthfi. Budi yang mulai menaruh rasa pada wanita cantik ini, kemudian mencari nomor telepon dan alamat Luthfi.

Dari sana kemudian Riki menjadi bak seorang stalker yang memantau keberadaan Luthfi. Hal tersebut sempat membuat Luthfi merasa risih dan takut. Keduanya pun sempat lost contact selama empat tahun hingga akhirnya dipertemukan kembali pada tahun 2016.

Perjuangan Riki pun dimulai lagi. Dia rajin mengunjungi Luthfi setiap satu minggu sekali di depan kelas. “Dia sukanya ninggalin makanan di pantry dengan tulisan ‘To: Luthfi’,” ujarnya.

Luthfi juga bercerita bahwa ia sempat memblock Riki dari media sosial. Merasa bersalah, Luthfi pun kembali menghubungi Riki dan keduanya pun mulai dekat. Selama satu tahun saling dekat, keduanya pun resmi menikah pada penghujung tahun lalu, tepatnya tanggal 30 Desember 2017.

Sumber : Brilio


Share :
close