Bukti kalau keterbatasan ekonomi bukan penghalang pendidikan tinggi. Semoga kita semua bisa berusaha dan berbakti untuk membahagiakan ibu kita di dunia :’)
Kasih Ibu memang sepanjang masa, Ibu sangat luar biasa. Ia selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya bahkan sampai tidak peduli dengan dirinya sendiri.
Namanya Yuniati, Ia merupakan potret Ibu hebat yang banting tulang sebagai buruh cuci, bahkan bekerja serabutan demi pendidikan anaknya yang lebih baik.
Anak pertamanya, Satya Chandra Wibawa kini kuliah S3 di Universitas Hokaido, Jepang. Sakti merupakan salah satu penerima beasiswa Dikti yang kuliah di Jurusan Kimia di sana tahun 2010.
“Saya itu mau ngapain saja saya kerjakan, yang penting anak saya bisa sekolah tinggi, hidup tidak seperti saya,” Ujar Yuniati
“Baru selesai ujian S3, tapi kemarin sudah telepon, izin mau lanjut pendidikan satu tahun di Jerman untuk gelar Doktor. Saya cuma bisa mendoakan,” ungkap Yuniati menjelaskan perihal anak pertamanya yang berencana untuk lanjut meraih gelar Doktor. Sebelumnya Sakti kuliah S1 di jurusan Kimia UNY tahun 2004, lalu melanjutkan S2 di jurusan Kimia UGM pada tahun 2008.
Sementara, anak keduanya Oktaviana Ratna Cahyani kini menjadi perawat di Rumah Sakit Harjo Lukito setelah lulus dari Akademi Perawat Bethesda.
“Biayanya itu ya pakai hutang juga, tapi anak saya enggak perlu tahu. Biar mereka enggak minder di pergaulan. Alhamdulillah anak saya dua-duanya itu enggak macam-macam, enggak malu punya ibu buruh cuci,” ungkapnya.
Ternyata, sejak anaknya masih kecil, Yuniati sudah mengatur waktu belajar, pulang sekolah tidur siang, sore boleh main, malam wajib belajar. Caranya menyuruh anak-anaknya belajar adalah dengan melingkari apa yang mereka tidak pahami lalu menyuruhnya bertanya pada guru mereka masing-masing.
Saat anak pertamanya masuk S1, Ia pontang panting mencari pinjaman uang. Beruntungnya, setengah biaya kuliahnya dibantu pemerintah Kabupaten Bantul. Anaknya pun mendapatkan beasiswa sampai lulus.
“Saya cuma ngasih uang jajan, Rp. 5000 sehari”
Penghasilannya menjadi buruh cuci hanya Rp 10.000 sekali cuci, sangat kurang untuk biaya kulaih. Namun, ia memilih untuk menggunakan uang tersebut sebagai biaya pendidikan anak-anaknya.
Ia mengaku masih memiliki banyak hutang, namun tidak ia jadikan beban. Baginya masa depan anak-anak adalah hal terpenting.
“Kalau dipikir saya malah stres. Jadi saya jalani saja. Anak perempuan saya sudah kerja, menikah. Sakti sudah selesai ujian S3, dan tahun ini sudah balik ke Indonesia,” terangnya
Semoga kedua buah hati Ibu Yuniati bisa memberikan kehidupan yang lebih baik dan membanggakan keluarga. Perjuangan dan do』a seorang Ibu adalah kekuatan terbesar sang anak setiap langkah dihidupnya.
Sumber: vemale
Share :