Kisah Difabel Pengemudi Ojek "Online", Penumpang Kerap Batalkan Pesanan Setelah Bertemu


Kendati memiliki kekurangan dalam fisik, Andika Arisman (27) tetap memiliki semangat yang tinggi untuk berjuang demi hidup. Penyandang disabilitas di Kota Makassar ini menafkahi diri menjadi pengendara ojek online.

Andika yang berdarah Jawa ini hidup sebatangkara di kota besar Makassar. Andika mengalami cacat tubuh sejak masih kecil. Tubuh bagian kanan mati atau tidak berfungsi akibat terkena penyakit campak. Ia hanya hanya mengandalkan kaki dan tangan kiri untuk beraktivitas. Ketika berjalan, Andika terlihat kesulitan karena kaki kanan bengkok dan tangan kanannya kaku dan tidak bisa digerakkan.

Keterbatasan yang dimiliki Andika tidak mematahkan semangatnya untuk mengejar kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya menjadi seorang pengamen. Dari hasil mengamennya selama puluhan tahun, Andika menabung dan membeli sebuah motor untuk bisa dipakai mencari nafkah. Motor yang baru dibelinya itu terlebih dahulu harus dimodifikasi dari roda dua menjadi roda tiga.

Kegigihan Andika yang hanya lulusan SD ini untuk meningkatkan derajat hidup akhirnya terwujud. Dia pun mulai bergabung di sebuah perusahaan ojek pada akhir tahun 2017 lalu.

Andika yang tinggal di rumah kosnya di Jalan Sultan Alauddin 2, Lorong Mamua 5B, setiap hari pergi menuju tempat mangkalnya di Jalan Dr Sam Ratulangi yang berjarak sekitar 3 kilometer.

Di tempat mangkalnya, pangkalan Komunitas GoJek Ratulangi Makassar, Andika bersama teman-temannya menunggu orderan ojek secara online.

Tingkatkan derajat hidup

Setiap hari, Andika hanya mendapat pesanan 2 hingga 3 penumpang. Dengan orderan itu, Andika biasa hanya mengantongi uang Rp 20.000 hingga Rp 40.000 untuk biaya hidup sehari-hari. Tampaknya Andika baka sulit mendapat bonus karena nggak bisa memenuhi target 12 pesanan dari perusahaan aplikasi.

Tak jarang, ketika mendapat orderan, calon penumpang membatalkannya setelah melihat kondisi fisik Andika yang cacat.

"Paling sehari-hari hanya 2 sampai 3 orderan. Ya, kalau segitu, biasanya Rp 20.000 sampai Rp 30.000 per hari. Ya cukup tidak cukup, ya dicukupkan untuk biaya makan sehari-hari. Biasa juga, sehari tidak dapat orderan karena kebanyakan penumpang men-cancel orderan. Ya, mau diapa, saya syukuri saja, Pak," kata Andika saat ditemui di pangkalannya, Sabtu (24/2/2018) sore.

Dengan menjadi tukang ojek online, Andika kini bisa lebih berbangga hati karena bisa melepas pekerjaannya sebaga pengamen yang digelutinya selama puluhan tahun. Dia pun pernah mengemis saat masih kecil namun tidak bertahan lama.

"Saya pernah juga mengemis waktu kecil, pada usia 6 tahun. Tapi saya tidak bisa bertahan lama. Saya pun mengamen dengan menyanyi saja. Dari hasil menyanyi-nyanyi, saya coba sisipkan uang untuk membeli gitar. Saya terus belajar main gitar, tapi tidak bisa karena tangan kananku ini kaku tidak bisa digerakkan," tuturnya.

Dengan adanya ojek online, Andika pun berpikir untuk beralih profesi dan membeli sebuah motor matik dari tabungannya puluhan tahun mengamen. Dengan motor yang beroda dua, tentunya Andika tidak dapat mengendarainya. Ia pun harus memodifikasi motornya dari roda dua menjadi roda tiga agar mudah dikendarai.

"Saya mau punya pekerjaan yang lebih baik, bukan menjual suara di jalanan lagi. Tapi pekerjaan yang membutuhkan perjuangan. Alhamdulillah, saya beralih profesi sejak akhir tahun 2017 lalu," kata Andika.

Andika mengaku senang bergabung komunitas ojek online. Ia merasa mendapat keluarga baru. Ketika mengalami kesulitan di jalanan, Andika sering dibantu teman-temannya sesama pengemudi ojek online.

Pantang menyerah

Saat sedang diwawancarai Kompas.com, Andika mendapat orderan pengojek seorang ibu-ibu. Namun ibu tidak memesan ojek melalui aplikasi. Perempuan itu datang langsung ke pangkalan ojek dan meminta diantarkan ke RS Pelamonia untuk berobat.

Awalnya, ibu itu tak mengetahui dengan kondisi fisik Andika. Namun setelah tahu, ibu itu pun kaget dan terlihat ragu untuk diantar Andika. Apalagi ibu itu melihat Andika berjalan terseok-seok.

"Ibu mau diantar dengan saya? Kondisi saya begini, Bu dan motor saya itu beroda tiga," tanya Andika kepada ibu calon penumpangnya.

Ibu-ibu yang tidak diketahui identitasnya itu kemudian melirik teman-teman Andika. Namun teman-teman Andika meyakinkan calon penumpang bahwa berkendara dengan Andika dipastikan aman. Akhirnya ibu itu pun bersedia diantar ke tujuannya.

Teman-teman Andika pun mencoba membantunya dengan menarik mundur motor beroda tiga yang sedang terparkir di pinggir jalan. Saat itu, ban belakang sebelah kiri kempis. Namun Andika mengaku tidak apa-apa dan dapat mengantar penumpangnya sampai tujuan.

Namun tiba-tiba motor Andika sulit dinyalakan. Berulang kali Andika mencoba pijit tombol starter, tetapi motornya tidak bisa menyala. Akhirnya, Andika yang hari itu belum mendapat penumpang menyerahkan orderan kepada temannya.

Teman-teman Andika kemudian membantu memperbaiki motor tersebut. Akhirnya, motor Andika bisa menyala, namun calon penumpangnya sudah diantar oleh tukang ojek lain.

"Kami sangat terinspirasi dengan semangat dan kegigihan Andika dalam berjuang hidup. Kami ini sudah anggap dia sebagai keluarga. Kami dalam komunitas GoJek Ratulangi Makassar sudah seperti keluarga. Jika ada teman-teman yang mengalami masalah atau musibah di jalanan, kita langsung menolong," kata Muhajir, koordinator komunitas GoJek Ratulangi Makassar ini.


Sumber: today.line.me

Share :
close