Nasib wanita muda nan cantik Desi Wulansari (21) berakhir sangat tragis. Butuh beberapa waktu bagi polisi menemukan jenazah utuh Desi alias Nindy.
Setelah melalui serangkaian penyelidikan, terkuak siapa yang tega berbuat sesadis itu pada gadis berparas lumayan ini.
Ternyata pelakunya suaminya sendiri.
Pria berinisial MK (23) nekat menghabisi nyawa istrinya sendiri, Nindy alias Desi Wulansari (21), Senin (4/12/2017).
Dilatarbelakangi rasa sakit hati, MK memutilasi Nindy yang bekerja sebagai seorang SPG sebuah apartemen ternama.
Menurut pengakuan MK, istrinya kerap menuntut materi yang lebih.
Sementara dirinya hanya bekerja sebagai office boy di perusahaan swasta.
Nindy disebut-sebut sering menghina orangtua MK hingga berakibat sakit hati.
Sebelum dihabisi, Nindy juga sempat ucapkan pamit dan berniat ingin pisah dari MK.
Setelah memotong-motong tubuh korban, ia lalu membuang potongan tubuh Nindy di tempat yang berbeda-beda di kawasan Curug Cigentis, Kawasan Karst Gunung Sanggabuana.
MK juga sempat membakar jasad korban sebelum dibuang.
Kini MK harus mempertanggungjawabkan aksi kejamnya setelah terbukti membunuh istrinya.
Kapolres Karawang, AKBP Hendy Febrianto Kurniawan tidak menampik bila pelaku nekat membunuh istrinya sendiri lantaran korban kerap merengek dibelikan mobil.
“Iya betul. Pelaku tak tahan karena diejek,” kata Hendy kepada wartawan mengungkap soal motif pembunuhan itu, Rabu (13/12/2017).
Dalam olah TKP itu, jika dia membuang barang – barang istrinya di dekat kebun pisang belakang kontrakan.
Untuk menyelesaikan penyelidikan itu, polisi menggelar rekonstruksi di rumah petak mereka tinggali di Dusun Sukamulya, Desa Pinayungan, Kecamatan Telukjambe Timur. Aparat memasang garis polisi di tempat korban dan suaminya tinggal.
Ketua RT, Yuyun Yuningsih setempat mengatakan korban bersama suaminya sudah lima bulan mengontrak sepetak rumah di sana.
“Korban baru saja kerja di Cikarang. Katanya jadi marketing Meikarta,” ujar Yuyun kepada wartawan.
Menurut Yuyun, di kontrakan itu, Nindy hanya tinggal berdua bersama suaminya.
“Anaknya baru dua tahun. Dititipin sama orang tuanya,” kata Yuyun.
Awal Pengungkapan
Kapolres Karawang AKBP Hendy F Kurniawan mengatakan, polisi menangkap pelaku setelah Kholil melapor ke polisi karena kehilangan istrinya. Rupanya laporan kehilangan itu hanya alibi pelaku.
“Penyidik menelusuri keterangan M Kholil yang janggal, kemudian akhirnya tidak dapat beralibi lagi dan mengakui perbuatannya,” ujar Hendy melalui keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu (13/12/2017).
Kholil mengaku telah membunuh istrinya dengan cara memutilasi dan membakarnya. Dia akhirnya menunjukkan tiga lokasi pembuangan potongan tubuh istrinya tersebut.
“Kepala dan kedua kaki korban dibuang di tiga tempat yang tak berjauhan, yakni di wilayah Curug Cigentis, Loji, dan Pangkalan, Karawang,” kata dia.
Setelah identitas tersangka dan korban kasus mutilasi yang terjadi di Karawang, Jawa Barat bisa diungkap, polisi kini mengembangkan kasusnya dengan fokus mencari potongan-potongan tubuh korban yang dibuang tersangka di tempat lain.
Berbekal keterangan tersangka, polisi langsung pergi ke tempat pria tersebut membuang potongan-potongan tubuh korban yang juga istrinya.
Potongan tubuh berupa kepala dan kaki ditemukan di sebuah kawasan air terjun di Kampung Loji, Kecamatan Tegalwaru perbatasan Karawang dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Hasil pemeriksaan juga mengungkap pembunuhan keji tersebut sudah direncanakan tersangka.
Sehari sebelum dibunuh, korban diinapkan di rumah kontrakan mereka. Lalu tersangka membeli sebilah golok dan plastik untuk membungkus potongan tubuh sang istri.
Kini polisi terus memperdalam kasus untuk mengetahui motif Kholil serta ada tidaknya keterlibatan orang lain dalam pembunuhan ini.
Ini Surat Sang Istri Sebelum Dimutilasi Suaminya
Polisi menemukan sepucuk surat yang ditulis Nindy alias Nindya, korban mutilasi di Karawang. Surat itu ditulis Nindy saat masih hidup, berisi keluh kesah dan kekecewaan kepada suaminya.
“Surat itu ditemukan terselip dalam lemari di ruang depan kontrakan korban,” ujar Kasatreskrim Polres Karawang, AKP Maradona Armin Mappaseng, Jumat (15/12/2017).
Maradona mengungkapkan, surat itu dibuat Nindy untuk suaminya. Menggunakan pulpen hitam di selembar kertas polio, surat itu ditulis cukup rapi. Maradona mengungkapkan, Nindy tak mencantumkan keterangan waktu saat menulis surat itu.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan, surat itu sudah dibaca oleh pelaku,” kata Maradona.
Dalam surat itu, terlihat Nindy ingin pulang ke kampung halamannya di Pati, Jawa Tengah.
“Pengen pulang ke rumah tapi malu sama keluarga, malu juga sama tetangga,” tulis Nindy.
Ibu satu anak itu juga mengungkapkan kekecewaan kepada Kholili, suaminya.
“Punya suami tapi nggak tinggal bareng pikirannya pasti banyak yang negatif,” ujar Nindy.
Terakhir, Nindy mengutarakan niat untuk meninggalkan kontrakan mereka di kontrakan mereka di RT05 RW02, Dusun Sukamulya, Desa Pinayungan, Kecamatan Telukjambe Timur.
“Yah, Bunda pamit saja ya. Sudah capek ngadepin sifat kamu, kamu lebih sayang mereka ketimbang aku,” tulis Nindy.
Awal Mula Pertemuan
Keluarga Nindya bercerita tentang awal kisah percintaan antara Siti Saidah alias Nindya (21) dengan M Kholil. Keduanya diketahui berkenalan melalui media sosial Facebook.
Ayah Nindya, Saryadi bercerita, dulu saat anaknya masih bekerja di salah satu perusahaan di Semarang, mulai berkenalan dengan M Kholil lewat Facebook. Setelah lama bertegur sapa via dunia maya, keduanya sepakat untuk saling bertemu.
Nindya mengajak M Kholil bertemu di Taman Lele Bandengan, Semarang sekitar tahun 2014. Dari pertemuan itu, keduanya mulai berpacaran meski jarak jauh.
“Anak saya selalu bercerita apapun kepada saya. Saat itu dia cerita kalau dapat kenalan di Facebook, orang Bogor. Terus saya bilang ke dia (Nindya), ajak kenalanmu bertemu di Semarang saja. Saya nggak mau kalau kamu yang menemuinya di Bogor. Akhirnya mereka bertemu dan mulai pacaran. Semuanya dia cerita sama saya,” beber Saryadi, Jumat (15/12/17).
Setelah lama berhubungan, M Kholil melamar Nindya pada tahun 2015 silam. Sejak saat itulah, Nindya diajak Kholil untuk membangun rumah tangga di Karawang, karena Kholil bekerja di sana.
“Karena hidup di sana, anak saya langsung cari kerjaan di sana. Awalnya dia bekerja di sebuah perusahaan saya lupa namanya dapat gaji Rp 4 juta. Kemudian dia ditawari Meikarta baru-baru ini,” tuturnya.
Pada tahun 2016, Nindya melahirkan seorang anak laki-laki. Kini usianya menginjak 13 bulan. Ia kini diasuh oleh kedua orang tua Nindya di Kayen, Pati.
Malang bagi Nindya. Nyawanya dihabisi oleh suaminya sendiri. Yang lebih memilukan, jasad Nindya dimutilasi Kholil, dibakar dan dibuang ke beberapa tempat di Karawang. Nindya akhirnya dimakamkan di makam di kampung kelahirannya, siang ini.
Sumber: bidadarikayangan.com
Share :