Viral Tujuh - Makkah menjadi salah satu kota yang sangat istimewa di mata umat Islam seluruh dunia.
Tak heran, jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia sepanjang tahun berbondong-bondong untuk menziarahinya, beribadah sekaligus menapak tilas situs-situs sejarah peninggalan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
Makkah menjadi kota yang berbeda dengan kota-kota lainnya yang ada di Arab Saudi. Pasalnya, selain sejarah Islam yang terukir pertama kali disana, di kota ini juga berdiri dengan kokoh Baitullah, Ka’bah.
Keistimewaan Ka’bah tentu karena bangunannya memiliki makna yang berbeda dengan bangunan lainnya yang ada di muka bumi ini.
Bahkan, dalam buku ‘Sejarah Makkah’ karya Zuhairi Miswari, dikatakan, Ka’bah bukanlah bangunan biasa yang tidak memiliki pesan penting.
Ka’bah menjadi inspirasi bagi siapa pun untuk mengambil hikmah yang sebanyak-banyaknya dari makna yang tersimpan dalam penyembahan kita pada Allah.
Selama ini, kita kaum awam yang hanya bisa melihat Ka’bah hanya dari gambar, lewat film-film atau pemberitaan televisi, pasti pernah melihat atau mendengar pengalaman orang-orang yang pernah bertamu ke Baitullah,
Sebagian besar diantara mereka pasti menangis ketika kali pertama kali melihat Ka’bah secara langsung dari jarak dekat dan dapat menyentuh sendiri dinding Ka’bah.
Kabarnya, hal tersebut wajar dan pasti secara spontan tanpa disadari dilakukan oleh setiap orang, tapi bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Hal ini terjadi karena ada getaran spiritual yang sangat kuat dan khusus. Muncul rasa haru, bangga, syukur dan rasa terhormat.
Sebab, dalam kondisi bagaimanapun, baik jiwa bersih maupun kotor semuanya mendapat undangan dari Allah, Sang Pencipta alam raya untuk datang ke Baitullah guna melaksanakan perintah-Nya.
Bagi semua tamu Allah, diam-diam muncul pengakuan mendalam bahwa dirinya tidak luput dari alpa, khilaf, dan dosa.
Masjidil Haram menjadi “saksi” atas pengakuan polos dan jujur dari para hamba. Masjidil Haram merupakan tempat suci yang sehingga “tidak layak” orang yang jiwanya kotor masuk ke dalamnya.
Tetapi karena “undangan” Sang Kekasih maka orang yang bergelimang dosa sekalipun diberi kesempatan untuk duduk bersimpuh di masjid nan suci itu.
Salah satu pembimbing haji travel plus, Ustadz Baidhowi menjelaskan bahwa “Setiap mata yang tidak menangis ketika melihat Ka’bah saat pertama kali maka besar kemungkinan hati orang tersebut sudah ditutup Allah”
Tak heran, jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia sepanjang tahun berbondong-bondong untuk menziarahinya, beribadah sekaligus menapak tilas situs-situs sejarah peninggalan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
Makkah menjadi kota yang berbeda dengan kota-kota lainnya yang ada di Arab Saudi. Pasalnya, selain sejarah Islam yang terukir pertama kali disana, di kota ini juga berdiri dengan kokoh Baitullah, Ka’bah.
Keistimewaan Ka’bah tentu karena bangunannya memiliki makna yang berbeda dengan bangunan lainnya yang ada di muka bumi ini.
Bahkan, dalam buku ‘Sejarah Makkah’ karya Zuhairi Miswari, dikatakan, Ka’bah bukanlah bangunan biasa yang tidak memiliki pesan penting.
Ka’bah menjadi inspirasi bagi siapa pun untuk mengambil hikmah yang sebanyak-banyaknya dari makna yang tersimpan dalam penyembahan kita pada Allah.
Selama ini, kita kaum awam yang hanya bisa melihat Ka’bah hanya dari gambar, lewat film-film atau pemberitaan televisi, pasti pernah melihat atau mendengar pengalaman orang-orang yang pernah bertamu ke Baitullah,
Sebagian besar diantara mereka pasti menangis ketika kali pertama kali melihat Ka’bah secara langsung dari jarak dekat dan dapat menyentuh sendiri dinding Ka’bah.
Kabarnya, hal tersebut wajar dan pasti secara spontan tanpa disadari dilakukan oleh setiap orang, tapi bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Hal ini terjadi karena ada getaran spiritual yang sangat kuat dan khusus. Muncul rasa haru, bangga, syukur dan rasa terhormat.
Sebab, dalam kondisi bagaimanapun, baik jiwa bersih maupun kotor semuanya mendapat undangan dari Allah, Sang Pencipta alam raya untuk datang ke Baitullah guna melaksanakan perintah-Nya.
Bagi semua tamu Allah, diam-diam muncul pengakuan mendalam bahwa dirinya tidak luput dari alpa, khilaf, dan dosa.
Masjidil Haram menjadi “saksi” atas pengakuan polos dan jujur dari para hamba. Masjidil Haram merupakan tempat suci yang sehingga “tidak layak” orang yang jiwanya kotor masuk ke dalamnya.
Tetapi karena “undangan” Sang Kekasih maka orang yang bergelimang dosa sekalipun diberi kesempatan untuk duduk bersimpuh di masjid nan suci itu.
Salah satu pembimbing haji travel plus, Ustadz Baidhowi menjelaskan bahwa “Setiap mata yang tidak menangis ketika melihat Ka’bah saat pertama kali maka besar kemungkinan hati orang tersebut sudah ditutup Allah”
Share :