Meski tak bergaji lebih, Brigpol Rochmat Tri Marwoto (40), anggota Detasemen C Pelopor Satuan Brimob Polda Jawa Timur, Jalan Yos Sudarso No 90, Kota Madiun, tak pernah menyerah berjuang menghidupi 64 anak asuhnya.
Bersama istrinya, Rochmat yang baru saja mendapatkan penghargaan dari Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin bahu-membahu menghidupi dan menyekolahkan mulai anak yatim, anak telantar, hingga anak mantan pecandu narkoba.
"Anak yang pernah makan satu rumah dengan saya ada 64 anak. Ada yang tinggal dua bulan, ada yang tujuh tahun," kata Rochmat.
Brigpol Rochmat mendapatkan penghargaan dari Kapolda Jatim karena berprestasi dalam hal kepedulian sosial.
Pasalnya, sejak tahun 2007, Rochmat menampung anak-anak telantar, kurang mampu, dan anak yatim di rumahnya.
Keinginan warga Dusun Jati, Desa Klagenserut, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, itu mengasuh anak-anak tak mampu muncul saat dia merasakan betapa sulitnya membayar biaya kuliah.
Sekitar 10 tahun yang lalu, Rochmat mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia di Jakarta.
Tingginya biaya kuliah menjadikan ayah dua anak ini harus bekerja sampingan menjadi tukang ojek.
Dari kerja sampingan itu, dia mengetahui bagaimana sulitnya mencari biaya untuk pendidikan.
"Saat kuliah di Jakarta, saya bekerja sampingan menjadi tukang ojek dari pukul 15.00 sampai pukul 21.00. Dari hasil ojek, saya mendapatkan tambahan pendapatan Rp7.000 hingga Rp12.000," kata Rochmat.
Berbekal pengalaman itu, Rochmat bertekad dalam diri.
Suami Helmiyah (38) itu berjanji kepada istrinya apabila mendapat rezeki berlebih akan diberikan kepada anak-anak yang kurang mampu.
Tak terasa, 10 tahun, Rochmat dan istrinya sudah menghidupi 64 anak asuh.
Saat ini, ia masih menghidupi 15 anak yang tinggal di rumahnya bersama istri dan dua anaknya.
Tak hanya biaya sekolah, anak-anak yang diasuhnya dicukupi kebutuhan hidupnya.
Bahkan banyak di antaranya melanjutkan pendidikan hingga bangku perkuliahan.
"Kalau anak-anak mau sekolah sampai perguruan tinggi, ya saya siap tanggung biayanya. Dari mereka, kini ada yang sudah jadi polisi, guru, hingga pegawai bank," kata Rochmat.
Untuk membiayai kebutuhan anak asuhnya, Rochmat harus memutar otak.
Pasalnya, penghasilannya dari pekerjaan tidak mungkin bisa mencukupi kebutuhan semua anak asuhnya.
Untuk itulah, Rochmat bersama istrinya membuka aneka usaha.
Usaha yang dibuka yaitu perkebunan, toko kelontong, dan toko buah.
Rochmat menceritakan, anak-anak yang diasuhnya dikenal saat dia mengisi kegiatan ekstrakurikuler sekolah di Madiun.
"Saya kenal mereka saat saya mengajar Paskibraka, OSIS, dan juga pramuka di sekolah-sekolah," kata Rochmat.
Dari mengajar di sekolah, lanjut Rochmat, dia banyak mengenal guru dan murid.
Di sekolah itu, dia banyak bertemu dengan anak yang kurang mampu dan anak yatim piatu yang tidak memiliki biaya untuk sekolah.
Rochmat mengaku bangga dan senang lantaran mendapat penghargaan dari Kapolda Jatim.
"Saya senang dan bangga. Ini merupakan penghargaan pertama saya dan ini merupakan tanggung jawab yang berat," jelas Rochmat.
Atas perjuangannya yang luar biasa, Rochmat mendapat penghargaan dari program televisi "Kick Andy Heroes" dalam bidang sosial pendidikan.
Selain itu, Rochmat juga sering diundang wawancara di televisi. Terakhir, pada 16 November 2017 bertepatan dengan Hari Brimob, Rochmat didaulat hadir pada acara "Hitam Putih" di Trans TV.
Perjuangan keras Rochmat menghidupi 64 anak asuh, tak luput dari bantuan Helmiyah (38), istrinya.
Helmiyah mengaku bangga menjadi istri Rochmat. Pasalnya, suaminya merupakan sosok pria pekerja keras dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Sosok pekerja keras Rochmat terlihat manakala selepas pulang dinas, suaminya langsung pergi ke kebun untuk merawat tanaman jahe, cengkih, dan durian.
Uang dari penjualan hasil kebun milik Rochmat digunakan untuk membiayai seluruh kebutuhan anak asuhnya.
"Bapak itu pekerja keras. Setelah pulang kantor, Bapak tidak tidur, tetapi langsung ke kebun," ujar dia.
Dia pun merasa tidak pernah terbebani karena harus mengurusi anak asuh yang ditampung oleh suaminya. Dia mengaku senang rumahnya ada banyak anak-anak.
Untuk menampung anak-anak asuh, tiga kamar tidur khusus dipakai untuk tidur anak-anak perempuan. Sementara anak-anak laki-laki tidur di toko buah.
Helmi mengatakan, saat ini terdapat 15 anak asuh. Satu anak duduk di bangku TK, satu anak di SMP, tujuh anak di SMA, dan enam anak kuliah di STAIM Magetan.
Dalam sebulan, rata-rata ia harus mengeluarkan biaya Rp8 juta untuk makan dan uang saku anak asuhnya.
Tak pelak, setiap hari dia harus memasak delapan kilogram beras. Belum ditambah dengan lauk-pauk yang harus disediakan setiap hari.
Meski berstatus anak asuh, Helmi memperlakukan anak-anak asuh layaknya anak kandungnya sendiri. Dia tidak pernah pilih kasih dalam memberikan perhatian.
Selama 10 tahun bersama anak asuh, Helmi mengaku lebih banyak sukanya dibandingkan dengan dukanya.
Dia lebih senang lantaran banyak anak-anak di rumahnya sehingga bisa saling bercerita dan berbagi.
Share :