Viral Tujuh - Wanita yang sedang hamil memang terkadang memiliki tingkah yang cukup unik.
Tak hanya bentuk fisik yang mulai berubah namun rasa lelah gampang sekali dirasakan wanita yang tengah hamil. Bahkan terkadang emosi pun akhirnya menjadi labil.
Oleh sebab itu, peran seorang suami siaga sangat dibutuhkan pada saat sang istri hamil.
Pasalnya, rasa nyaman yang dirasakan ibu hamil juga berdampak kepada bayi yang ada di dalam kandungannya.
Sebaliknya, secara psikis seorang ibu hamil yang merasa tertekan tentu akan mempengaruhi pertumbuhan janinnya.
Hal inilah yang terjadi pada pasangan suami istri ini.
Sang istri tengah mengandung anak pertama, namun sepanjang istrinya hamil pasutri ini selalu berselisih paham.
Pertengkaran pun kerap tak bisa dihindari. Alhasil mengejutkan ketika bayi mereka lahir.
Kira-kira bagaimana dampaknya?
Seperti dikutip dari cerpen.co.id berikut kisah selengkapnya!
Temanku Vivi sedang hamil. Saat sedang ngobrol bersamanya, ia terus mengelus perutnya dan berkata,
“aku harus memastikan bahwa bayiku tetap dalam perasaan yang bahagia.”
Aku pun tidak tahu bahwa dibalik kata tersebut tersimpan makna yang menyedihkan. Ternyata Vivi memiliki hubungan yang tidak baik dengan suaminya.
Tiap hari mereka berantem dan hampir hubungan mereka berakhir dalam perceraian.
Oleh sebab itu Vivi selalu bersikap tegar dan mendoakan agar bayi dalam kandungannya tetap bisa tumbuh normal dan bahagia!
Dan masa persalinan itu datang, aku mendengar bahwa janin di dalam perut Vivi itu telah meninggal karena kekurangan oksigen.
Sebenarnya darah ibu dan anak terhubung selama masa kehamilan, sama halnya dengan perasaan dan emosi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa keadaan psikologis ini berada di bawah tempat kesadaran kita dan menyertai pertumbuhan kehidupan bayi.
Survey membuktikan bahwa jika janin merasa ibu emosi dan merasa tidak senang, atau tidak ingin bayi tersebut datang, janin pun bisa memilih untuk ‘pergi’.
Jika ibu sangat senang menerima bayi dan bahagia secara tulus, maka bayi pun bisa merasakan rasa hangat dan bahagia, bayi pun akan lahir dengan keinginan kuat untuk tumbuh.
Walaupun bayi kecil, tapi mereka memiliki pikiran dan perasaan sendiri. Pemikiran ibu dan janin sudah berbeda,
namun tali pusat plasenta seperti jembatan yang memberi sinyal kepada janin, sehingga dapat mempengaruhi status janin.
Penelitian menunjukkan bahwa dari kehamilan minggu ke 5, janin dapat merespon akan perasaan ibu.
Minggu ke 8, janin dapat menendang kakinya, menggelengkan kepala, dan melakukan gerakan lainnya, ia dapat menyatakan perasaan senang atau sedih.
Meski ibu tidak dapat merasakannya, namun sebenarnya janin sudah dapat membedakan. Bulan ke 6, mood janin lebih kuat lagi.
Jika suasana hati ibu hamil itu bahagia dan sering tertawa, maka tekanan darah, denyut nadi dan pernapasan ibu hamil berada dalam keadaan stabil dan harmonis.
Lingkungan seperti ini membuat kesehatan dan mood bayi juga lebih stabil
Namun, jika ibu hamil sering bertengkar dengan suami, atau sering ada masalah keluarga yang menyebabkan perasaannya selalu marah,
maka ibu hamil akan mengeluarkan zat norepinephrine yang akan membuat tekanan darah naik dan pembuluh darah plasenta mengecil yang mengakibatkan bayi kekurangan oksigen.
Akibatnya, janin pada ibu hamil menjadi aktif berlebihan dan mengalami keterlambatan pertumbuhan.
Dari sini, dapat dibayangkan betapa besar dampak pada kesehatan fisik dan mental janin.
Jika kamu ingin melahirkan bayi yang bahagia dan ceria, pastikan untuk menjaga suasana hati saat hamil.
Ini 4 hal yang harus diperhatikan ibu hamil :
1.Berpikir postif
Memang sulit untuk membuat hati para ibu tetap berpikiran positif, tenang, dan optimis selama masa kandungan. “Khawatir apakah proses persalinan berjalan normal atau tidak, khawatir sang janin sehat atau tidak” Namun, disarankan para ibu tak perlu pesimis.
Cobalah berpikiran positif dari hal yang terkecil. Misalnya, Ibu khawatir perkembangan janin kurang optimal.Cobalah kontrol ke dokter kandungan, untuk mengetahui kehamilan dianggap sehat dan tidak ada masalah.
Para ibu bisa menjadikan fakta-fakta baik itu untuk menolak pikiran negatif.
2. Alihkan ke Hobi
Para ibu tentu punya hobi tertentu, seperti membaca buku, mendengarkan musik, atau memasak kue.
Ternyata, hobi-hobi tersebut bisa menolong saat pikiran negative mulai muncul.
Melakukan hobi tersebut bisa mengalihkan dari pikiran negatif. Namun ingat, lakukan hobi yang tidak menguras tenaga ataupun membuat kelelahan, ya.
3. Ceritakan Ke Orang Lain
Ada baiknya menceritakan pikiran negatif tersebut ke orang-orang terdekat, seperti suami dan para sahabat. Mereka yang peduli akan mencoba menenangkan.
Jadi, hindari menyimpan kekhawatiran seorang diri ya. Atau tuangkan perasaanmu kepada tulisan di buku harian.
Jika merasa kesal dengan seseorang, tulis surat padanya, namun tidak perlu dikirim. Tujuannya adalah untuk meluapkan perasaan saja.
4. Hindari Orang-Orang Berpikiran Negatif
Hindari diskusi atau percakapan dengan orang berpikiran negatif yang hanya akan membuatmu terpicu untuk marah-marah.
Cobalah untuk jalan-jalan ringan selama setengah jam untuk menenangkan diri.
Memperbanyak waktu beristirahat. Kurang tidur hanya akan membuat mood ibu hamil memburuk.
Tidur siang singkat dapat dilakukan untuk menggantikan jam tidur malam yang berkurang.
Wajar saja jika ibu hamil merasa tegang menjelang kelahiran Si Kecil yang ditunggu-tunggu, namun jangan sampai menyikapinya secara berlebihan.
Hindari marah-marah karena hanya akan berakibat negatif.
Konsultasikan dengan dokter atau psikolog jika ibu hamil kesulitan mengatasi perubahan mood.
Jangan lupa, support dari pasangan pun sangat dibutuhkan dalam situasi seperti ini
Tak hanya bentuk fisik yang mulai berubah namun rasa lelah gampang sekali dirasakan wanita yang tengah hamil. Bahkan terkadang emosi pun akhirnya menjadi labil.
Oleh sebab itu, peran seorang suami siaga sangat dibutuhkan pada saat sang istri hamil.
Pasalnya, rasa nyaman yang dirasakan ibu hamil juga berdampak kepada bayi yang ada di dalam kandungannya.
Sebaliknya, secara psikis seorang ibu hamil yang merasa tertekan tentu akan mempengaruhi pertumbuhan janinnya.
Hal inilah yang terjadi pada pasangan suami istri ini.
Sang istri tengah mengandung anak pertama, namun sepanjang istrinya hamil pasutri ini selalu berselisih paham.
Pertengkaran pun kerap tak bisa dihindari. Alhasil mengejutkan ketika bayi mereka lahir.
Kira-kira bagaimana dampaknya?
Seperti dikutip dari cerpen.co.id berikut kisah selengkapnya!
Temanku Vivi sedang hamil. Saat sedang ngobrol bersamanya, ia terus mengelus perutnya dan berkata,
“aku harus memastikan bahwa bayiku tetap dalam perasaan yang bahagia.”
Aku pun tidak tahu bahwa dibalik kata tersebut tersimpan makna yang menyedihkan. Ternyata Vivi memiliki hubungan yang tidak baik dengan suaminya.
Tiap hari mereka berantem dan hampir hubungan mereka berakhir dalam perceraian.
Oleh sebab itu Vivi selalu bersikap tegar dan mendoakan agar bayi dalam kandungannya tetap bisa tumbuh normal dan bahagia!
Dan masa persalinan itu datang, aku mendengar bahwa janin di dalam perut Vivi itu telah meninggal karena kekurangan oksigen.
Sebenarnya darah ibu dan anak terhubung selama masa kehamilan, sama halnya dengan perasaan dan emosi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa keadaan psikologis ini berada di bawah tempat kesadaran kita dan menyertai pertumbuhan kehidupan bayi.
Survey membuktikan bahwa jika janin merasa ibu emosi dan merasa tidak senang, atau tidak ingin bayi tersebut datang, janin pun bisa memilih untuk ‘pergi’.
Jika ibu sangat senang menerima bayi dan bahagia secara tulus, maka bayi pun bisa merasakan rasa hangat dan bahagia, bayi pun akan lahir dengan keinginan kuat untuk tumbuh.
Walaupun bayi kecil, tapi mereka memiliki pikiran dan perasaan sendiri. Pemikiran ibu dan janin sudah berbeda,
namun tali pusat plasenta seperti jembatan yang memberi sinyal kepada janin, sehingga dapat mempengaruhi status janin.
Penelitian menunjukkan bahwa dari kehamilan minggu ke 5, janin dapat merespon akan perasaan ibu.
Minggu ke 8, janin dapat menendang kakinya, menggelengkan kepala, dan melakukan gerakan lainnya, ia dapat menyatakan perasaan senang atau sedih.
Meski ibu tidak dapat merasakannya, namun sebenarnya janin sudah dapat membedakan. Bulan ke 6, mood janin lebih kuat lagi.
Jika suasana hati ibu hamil itu bahagia dan sering tertawa, maka tekanan darah, denyut nadi dan pernapasan ibu hamil berada dalam keadaan stabil dan harmonis.
Lingkungan seperti ini membuat kesehatan dan mood bayi juga lebih stabil
Namun, jika ibu hamil sering bertengkar dengan suami, atau sering ada masalah keluarga yang menyebabkan perasaannya selalu marah,
maka ibu hamil akan mengeluarkan zat norepinephrine yang akan membuat tekanan darah naik dan pembuluh darah plasenta mengecil yang mengakibatkan bayi kekurangan oksigen.
Akibatnya, janin pada ibu hamil menjadi aktif berlebihan dan mengalami keterlambatan pertumbuhan.
Dari sini, dapat dibayangkan betapa besar dampak pada kesehatan fisik dan mental janin.
Jika kamu ingin melahirkan bayi yang bahagia dan ceria, pastikan untuk menjaga suasana hati saat hamil.
Ini 4 hal yang harus diperhatikan ibu hamil :
1.Berpikir postif
Memang sulit untuk membuat hati para ibu tetap berpikiran positif, tenang, dan optimis selama masa kandungan. “Khawatir apakah proses persalinan berjalan normal atau tidak, khawatir sang janin sehat atau tidak” Namun, disarankan para ibu tak perlu pesimis.
Cobalah berpikiran positif dari hal yang terkecil. Misalnya, Ibu khawatir perkembangan janin kurang optimal.Cobalah kontrol ke dokter kandungan, untuk mengetahui kehamilan dianggap sehat dan tidak ada masalah.
Para ibu bisa menjadikan fakta-fakta baik itu untuk menolak pikiran negatif.
2. Alihkan ke Hobi
Para ibu tentu punya hobi tertentu, seperti membaca buku, mendengarkan musik, atau memasak kue.
Ternyata, hobi-hobi tersebut bisa menolong saat pikiran negative mulai muncul.
Melakukan hobi tersebut bisa mengalihkan dari pikiran negatif. Namun ingat, lakukan hobi yang tidak menguras tenaga ataupun membuat kelelahan, ya.
3. Ceritakan Ke Orang Lain
Ada baiknya menceritakan pikiran negatif tersebut ke orang-orang terdekat, seperti suami dan para sahabat. Mereka yang peduli akan mencoba menenangkan.
Jadi, hindari menyimpan kekhawatiran seorang diri ya. Atau tuangkan perasaanmu kepada tulisan di buku harian.
Jika merasa kesal dengan seseorang, tulis surat padanya, namun tidak perlu dikirim. Tujuannya adalah untuk meluapkan perasaan saja.
4. Hindari Orang-Orang Berpikiran Negatif
Hindari diskusi atau percakapan dengan orang berpikiran negatif yang hanya akan membuatmu terpicu untuk marah-marah.
Cobalah untuk jalan-jalan ringan selama setengah jam untuk menenangkan diri.
Memperbanyak waktu beristirahat. Kurang tidur hanya akan membuat mood ibu hamil memburuk.
Tidur siang singkat dapat dilakukan untuk menggantikan jam tidur malam yang berkurang.
Wajar saja jika ibu hamil merasa tegang menjelang kelahiran Si Kecil yang ditunggu-tunggu, namun jangan sampai menyikapinya secara berlebihan.
Hindari marah-marah karena hanya akan berakibat negatif.
Konsultasikan dengan dokter atau psikolog jika ibu hamil kesulitan mengatasi perubahan mood.
Jangan lupa, support dari pasangan pun sangat dibutuhkan dalam situasi seperti ini
Share :