Viral Tujuh - Ada dua orang bersahabat baik di masa Rasulullah bernama Sha’b ibn Jatsamah dan Auf ibn Malik. Suatu saat Sha’b meninggal dunia. Pada Malam harinya, sahabat terbaiknya Auf bermimpi didatangi Sha’b.
Terjadilah dialog dalam mimpinya itu.
.“Apakah kau Sha’b? ” “Benar, saudaraku, bagaimana keadaanmu di sana?”.“Tuhan mengampuniku.”
“Tapi mengapa ada tanda hitam dilehermu?” Tanya Auf kebingungan melihat leher Sha’b.
“Ini tanda hutang sepuluh dinar kepada seorang Yahudi, dan belum kubayar hingga aku meninggal, karena itu tolonglah aku, temuilah keluargaku dan katakan tentang hutang ini kepadanya.”
Kemudian Sha’b melanjutkan, “Ketahuilah saudaraku, tidak ada sesuatu pun yang ada pada diriku saat di dunia, juga setelah meninggal yang tidak dipertanggungjawabkan.”
Mimpi yang sangat tak biasa ini, akhirnya terhenti setelah Auf terbangun dari tidurnya. Pagi harinya, Auf mendatangi keluarga Sha’b, dan disambut dengan baik oleh keluarga sahabatnya itu.
“Kami senang kau datang Auf, beginilah semestinya bersaudara. Ada maksud apakah kau berkunjung?’
Auf kemudian menceritakan perihal mimpinya semalam ketika berjumpa dengan sahabatnya itu. Keluarga Sha’b sangat mengerti dan memahami apa yang terjadi.
Mereka mempercayai Auf dan memberikan sepuluh dinar milik Sha’b yang masih tersisa untuk diberikan pada Yahudi yang dimaksud. Saat Auf mendatangi Yahudi yang dimaksud sambil menanyakan apakah sahabatnya Sha’b pernah berhutang kepadanya.
Meski dalam keadaan bingung, Yahudi itu berkata, “Semoga Allah merahmati Sha’b sahabat Rasulullah, memang benar adanya, aku pernah meminjamkan sepuluh dinar kepadanya.”
Dengan terbelalak Yahudi itu menerima uang dari Auf, titipan dari sahabatnya Sha’b. Ia seolah takjub tak percaya dengan yang terjadi, ia langsung membenarkan bahwa uang yang diterimanya kini, sama dengan jumlah yang ia pinjamkan dulu pada Sha’b.
Terjadilah dialog dalam mimpinya itu.
.“Apakah kau Sha’b? ” “Benar, saudaraku, bagaimana keadaanmu di sana?”.“Tuhan mengampuniku.”
“Tapi mengapa ada tanda hitam dilehermu?” Tanya Auf kebingungan melihat leher Sha’b.
“Ini tanda hutang sepuluh dinar kepada seorang Yahudi, dan belum kubayar hingga aku meninggal, karena itu tolonglah aku, temuilah keluargaku dan katakan tentang hutang ini kepadanya.”
Kemudian Sha’b melanjutkan, “Ketahuilah saudaraku, tidak ada sesuatu pun yang ada pada diriku saat di dunia, juga setelah meninggal yang tidak dipertanggungjawabkan.”
Mimpi yang sangat tak biasa ini, akhirnya terhenti setelah Auf terbangun dari tidurnya. Pagi harinya, Auf mendatangi keluarga Sha’b, dan disambut dengan baik oleh keluarga sahabatnya itu.
“Kami senang kau datang Auf, beginilah semestinya bersaudara. Ada maksud apakah kau berkunjung?’
Auf kemudian menceritakan perihal mimpinya semalam ketika berjumpa dengan sahabatnya itu. Keluarga Sha’b sangat mengerti dan memahami apa yang terjadi.
Mereka mempercayai Auf dan memberikan sepuluh dinar milik Sha’b yang masih tersisa untuk diberikan pada Yahudi yang dimaksud. Saat Auf mendatangi Yahudi yang dimaksud sambil menanyakan apakah sahabatnya Sha’b pernah berhutang kepadanya.
Meski dalam keadaan bingung, Yahudi itu berkata, “Semoga Allah merahmati Sha’b sahabat Rasulullah, memang benar adanya, aku pernah meminjamkan sepuluh dinar kepadanya.”
Dengan terbelalak Yahudi itu menerima uang dari Auf, titipan dari sahabatnya Sha’b. Ia seolah takjub tak percaya dengan yang terjadi, ia langsung membenarkan bahwa uang yang diterimanya kini, sama dengan jumlah yang ia pinjamkan dulu pada Sha’b.
Share :