Pada tahun 2009 akhirnya aku kembali ke kampung halaman setelah menjalani wajib militer selama 5 tahun. Segalanya telah berubah, teman-temanku sudah menggendong bayi dan mereka memanggilku “paman”, sungguh sulit hati ini menerimanya.
Setelah 1 bulan kembali ke rumah, aku berkata pada kedua orang tuaku,”Aku ingin bekerja.” Saat itu ibu sedang makan dan tangannya langsung berhenti memegang sumpit kemudian mengangguk.
Ibu membantuku menyiapkan baju-baju dan beberapa makanan lalu dia berkata pada supir ojek yang mengantarku,”Ayo cepat berangkat, nanti ketinggalan bus.” Terdengar bunyi ceguk dan ibu langsung menutupinya dengan berpura-pura batuk. Saat aku berangkat, aku melihat dari spion kalau ibu menyandarkan kepalanya ke pundak ayah.
Aku pergi ke kota besar dan bekerja di sebuah perusahaan yang besar. Pekerjaanku adalah memindah-mindahkan kardus, membungkusnya lalu mengatur kerapihan gudang dengan menggunakan mobil hidrolik. Gajiku hanya 4 juta rupiah per bulannya.
Suatu hari aku bertemu dengan seorang gadis yang bernama Karin, dia berkata,”Lihat bajumu begitu kotor.” jawabku,”iya, aku lupa mencucinya karena aku terlalu lelah.”
“Haha, kalau begitu setelah pulang kerja nanti aku akan membantumu mencuci baju tapi kamu beli deterjen dulu ya.” Lalu aku pun mengiyakannya.
Asrama pria dan wanita berada pada satu gedung tapi berbeda lantai, asrama wanita ada di lantai 1 dan 2, sedangkan asrama pria ada di lantai 3 dan 4. Setelah pulang kerja, aku membeli deterjen dan datang ke asrama Karin. Sejujurnya aku merasa tidak enak hati, jadi ketika Karin sedang mencuci baju, aku membuat makan malam.
Sejak saat itu setiap hari aku datang ke kamarnya dan hubungan kami semakin lama semakin dekat. Sampai suatu hari Karin berkata,”Ka, Karin suka sama kakak.” kataku,”Tidak mungkin, hubungan kita sebatas adik kakak saja.” lalu katanya lagi dengan sedih,”Oh, cuma adik aja ya.” dan aku kembali menjawab,”Salah gitu?”
Karin adalah lulusan universitas terkenal dan dia lebih muda 5 tahun dariku. Dari ujung kepala sampai ujung kaki dia adalah gambaran wanita muda yang ceria dan lucu, sedangkan aku hanyalah pria bodoh yang waktunya terbuang sia-sia selama tahun di militer. Kami berasal dari 2 dunia yang berbeda. Aku tidak pernah membayangkan apapun dengannya, aku hanya berpikir untuk mencari uang yang banyak di kota lalu pulang ke kampung dan menikahi salah satu gadis di sana lalu hidup dengan bahagia.
Begitulah, Karin masih tetap membantu mencucikan bajuku dan aku tetap membuat makan malam. Lalu dia berkata,”Ka, bosen nih, besok kita keluar jalan-jalan yuk!” tanpa berpikir panjang aku langsung menyetujuinya.
Sesampainya di kamarku sendiri, aku berpikir kalau besok itu hari Valentine, ngapain ngajak aku kencan? Karena sudah terlanjur janji, aku mengeluarkan sepatuku dan jasku lalu pergi ke bioskop.
Aku melihat Karin sudah berdiri di pintu bioskop sambil menggunakan rok merah muda dan tangannya memenggang sebuket bunga mawar, dia terlihat sangat cute. Akupun segera datang menghampirinya.
“Aku tahu kakak ga punya uang beliin aku mawar, jadi aku beli sendiri. Nih mawarnya aku kasih ke kakak, terus kakak kasih lagi ke aku, biar kesannya kakak yang kasih.” dan aku lakukan seperti yang dia katakan.
Karin langsung menggandeng tanganku dan kami segera masuk ke ruang theater, aku melihat ekspresi wajahnya yang dingin dan tak lama kemudian dia bersandar ke tanganku. Saat itu aku sadar kalau dia benar-benar jatuh cinta padaku, tapi aku takut akan melukainya. Aku tahu aku hanya sementara di kota ini, aku tidak bisa tinggal disini.
Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari pekerjaanku, Karin langsung mencariku dan bertanya,”Kenapa keluar? Alesannya apa?” aku hanya bisa menunduk dan sedih lalu dia berkata,”Kakak keterlaluan.” dan berlari keluar sambil menangis.
Aku tahu seharusnya aku mengejar dia dan menenangkannya, tapi itu tidak kulakukan. Ini benar-benar membuat hatiku dan hatinya hancur berkeping-keping. Setelah keluar dari pekerjaan itu, aku mencari pekerjaan lain sampai akhirnya aku memutuskan untuk berdagang.
Aku menjual speaker, radio, buku sampai racun tikus pun kujual. Suatu hari ada seorang gadis memakai topi dan ingin membeli racun tikus, ketika aku mendengar suaranya rasanya sangat familiar, jadi aku mengangkat wajahku dan ternyata dia adalah Karin.
Setelah membeli racun tikus Karin bergegas pergi. Air mataku tiba-tiba langsung membanjiri pipiku. Selama ini Karin terus mencariku sampai-sampai dia juga memutuskan untuk keluar kerja. Akhirnya sudah 3 tahun ini kami memutuskan untuk berjualan bersama.
Meskipun kami tidak menikah tapi aku sudah menganggapnya sebagai istriku. Dalam 3 tahun ini, aku bertanya di mana rumahnya, dimana orang tuanya dan dia berkata bahwa orang tuanya sudah lama meninggal. Selama ini dia dibesarkan oleh kakek dan neneknya. Dia bilang dimana ada saya itulah rumah.
Setiap uang yang kami hasilkan, kami kirim untuk orang tuaku di kampung. Kami berencana untuk membangun rumah di kampung. Tiba-tiba suatu hari datang mobil mewah ke depan lapak kami lalu berkata,”Karin, akhirnya mama menemukanmu, ayah tidak akan memukulmu lagi, ayo kita pulang ke rumah..”
Apa yang sebenarnya terjadi? Pria paruh baya yang ternyata adalah papa Karin bercerita bahwa setelah lulus kuliah Karin tidak mau bekerja di perusahaan miliknya, ketika dipaksa dia hanya kerja beberapa bulan dan akhirnya mengundurkan diri. Begitu papa tahu, dia sangat marah dan akhirnya menampar pipi Karin. Karin sangat marah dan akhirnya kabur dari rumah. Setelah kabur dari rumah dia bekerja pada perusahan dimana kami dulu bertemu dan saat itu sebenarnya dia juga sudah mau keluar tapi karena ada aku, jadi Karin tidak jadi keluar.
Saya menasihati Karin agar dia kembali berkumpul bersama keluarganya lalu Karin bertanya,”Lalu apa yang akan kamu lakukan?”
Mama Karin sembunyi-sembunyi datang menemuiku dan menyuruhkan untuk meninggalkan Karin karena Karin adalah anak mereka satu-satunya, jadi dia akan dijodohkan dengan orang yang tepat sesuai dengan pilihan mereka. Kemudian mama Karin juga memberiku amplop yang berisi uang.
Aku mengambil amplop tersebut dan diam-diam mengembalikannya ke supir papa Karin. Aku tidak mungkin menukar cintaku dengan sejumlah uang. Waktu terus berjalan, jam 11, jam 12.. Aku sangat sedih dan aku mabuk berat. Tidak ada ucapan selamat tinggal yang keluar dari mulut kami.
Saat aku hendak membeli tiket pulang ke kampung, tiba-tiba ada yang memanggilku dari belakang,”Kakak bodoh, jangan bergerak!” Aku berhenti dan memalingkan badan, Karin lari ke arahku,”Mulai sekarang, kamu adalah milikku. Tidak ada perintah dariku tidak boleh berbuat apa-apa, mengerti?”
Aku menatapnya dan meneteskan air mata seraya berkata,”Iya, mengerti.” Aku menggandeng tangannya dan kami berjalan bersama. Mulai sekarang aku tidak akan pernah melepaskannya.
Sumber : beauty
Share :