Yuni Khotimah segera berpikir ulang ketika menerima penjelasan dari petugas di pusat informasi Klapa Village soal harga rusun DP 0 rupiah yang dicanangkan pemerintahan DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Ia terbayang jumlah cicilan yang harus dibayarkan setiap bulan selama dua puluh tahun.
“Suami saya kerja, saya juga kerja, sih. Tapi kalau harus bayar Rp2,6 juta per bulan, mikir dulu, deh,” katanya.
Ibu satu anak ini, yang masih tinggal bersama orangtuanya di Duren Sawit, harus benar-benar mempertimbangkannya. Ia dan suaminya sudah berencana membeli rumah sejak dua tahun lalu. Mereka bahkan sudah menabung dan menjajaki beberapa perumahan baru di sekitar daerah selatan Jakarta. Sayangnya, harga yang ditawarkan masih jauh dari penghasilan mereka.
Pilihan yang mereka punya adalah mencari rumah program pemerintah yang biasanya mendapatkan subsidi. Sebelum menyambangi pusat informasi rumah DP 0 persen, mereka sudah lebih dulu mencari informasi program rumah DP 1 persen untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.
“DP 1 persen ini tertarik, tapi lokasinya itu yang jauh, sementara saya dan suami kerja di Jakarta,” kata Yuni, yang sehari-hari bekerja sebagai kasir di sebuah toko swalayan.
Program rusun DP 0 rupiah dan rumah DP 1 persen sama-sama memiliki kekurangan dan kelebihan, seperti yang disampaikan oleh Yuni Khotimah. Jika dilihat dari akses dan lokasi, rusun DP 0 rupiah yang dicanangkan Anies lebih menarik mengingat lokasinya di Jakarta.
Rusun pertama, yang akan dibangun dan ikut program DP 0 rupiah, berada di lokasi yang strategis, di pinggir jalan, dekat pasar dan akses transportasi, angkot, pintu tol lingkar luar Jakarta, dan jaringan kereta komuter. Jarak lokasi ke stasiun Cakung hanya sekitar 3 kilometer. Rencananya jalur TransJakarta juga segera melintasi depan rusun.
Sebelum diikutkan program rusun DP 0 rupiah, PD Pembangunan Sarana Jaya memang sudah mengalokasikan lahan di sana untuk apartemen. PD Sarana Jaya sudah bekerja sama dengan PT Gemilang Usaha Terbilang, sebuah pengembang apartemen di Jakarta, pada 2015. Sayangnya, selama dua tahun terakhir, pembangunan apartemen ini belum juga terealisasi.
Sementara sebagian besar rumah DP 1 persen berada di sekitar kota penyangga Jakarta seperti di Banten, Bogor, Depok, dan Tangerang. Salah satu lokasi yang unit rumahnya masih tersedia ada di Cikarang, dekat dengan pintu tol dan Stasiun Cikarang.
Meski dekat dengan stasiun, tetapi layanan kereta rel listrik belum maksimal karena masih terbatasnya kereta dengan rute dari dan ke Cikarang. Karena jaraknya jauh, perjalanan ke Jakarta memerlukan waktu sekitar satu jam perjalanan dengan KRL.
Bagaimana soal harga?
Harga rusun DP 0 rupiah memang jauh lebih mahal: Rp185 juta untuk tipe 21 dan Rp320 juta tipe 36. Sebaliknya, harga rumah DP 1 persen sebesar Rp135 juta untuk tipe 36/60 dan Rp100 juta untuk tipe 22/60.
Besaran cicilan bunga yang harus dibayarkan saban bulan pun berpengaruh besar pada total angsuran selama 20 tahun.
Lewat aplikasi simulasikredit.com terhadap dua program tersebut, dengan asumsi keduanya dikenai bunga 5 persen sesuai FLPP dan tenor 20 tahun, hasilnya sebagai berikut:
Pertama untuk rusun DP 0 rupiah tipe 36. Setiap bulan angsuran harga pokok Rp1,3 juta, angsuran bunga Rp1,3 juta, sehingga total cicilan per bulan sebesar Rp2,6 juta. Total, setelah mengangsur 20 tahun, pembeli merogoh kocek Rp640 juta atau dua kali lipat dari harga rumah.
Adapun untuk rumah DP 0 rupiah tipe 21: angsuran pokok bulanan Rp770 ribu dan angsuran bunga Rp770 ribu, sehingga cicilan per bulan menjadi Rp1,5 juta. Totalnya, kita harus membayar Rp370 juta atau dua kali harga jual.
Kedua untuk rumah DP 1 persen tipe 36. Dari harga Rp135 juta, angsuran pokok per bulan menjadi Rp506 ribu, angsuran bunga RP506 ribu, sehingga cicilan per bulan menjadi Rp1,012 juta. Total, setelah mengangsur 20 tahun, pembeli membayar Rp244 juta. Jumlah ini tak sampai dua kali harga jual rumah.
Sementara untuk rumah DP 1 persen dengan harga Rp 100juta: cicilan pokok bulanan sebesar Rp375 ribu, angsuran bunga Rp375 ribu, totalnya Rp750 ribu per bulan. Setelah 20 tahun, pembeli mengeluarkan total angsuran Rp181 juta.
(Sumber: tirti.id)
Share :