Kakek Jajang memiliki seorang putra yang sangat berbakti padanya, bernama Rudi. Rudi bekerja sebagai pegawai pemadam kebakaran dan mendapat penghargaan. Kakek Jajang sangat bangga pada putranya. Ia akan tersenyum bangga ketika menceritakan anaknya kepada tetangga dan kerabatnya.
Kakek Jajang tinggal di desa sendirian, istrinya sudah meninggal dunia, dan Rudi bekerja di kota.
Rudi adalah anak yang berbakti, ketika libur dari pekerjaannya, ia akan selalu pulang menjenguk ayahnya, meskipun ayahnya melarang agar tidak sering pulang.
“Kalau hanya libur 1-2 hari ga usah pulang, aku tahu kamu rindu sama ayah”
Rudi langsung menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata “Tidak apa-apa ayah, ayah sendirian di rumah, sementara aku juga sibuk, aku khawatir kalau tidak pulang melihat keadaan ayah, itu sama saja aku tidak berbakti pada ayah”
Karena itulah, hampir setiap tahun Rudi pulang menjenguk ayahnya. Namun, sejak 5 tahun terakhir, Rudi tidak seperti dulu lagi, ia tak pernah pulang.
Kakek Jajang menelepon Rudi karena khawatir.
“Ayah mungkin beberapa tahun ke depan aku gak bisa pulang, tapi ayah gak perlu khawatir, uang akan aku kirim tiap bulan. Aku masih ada kerjaan, Ayah, sudah dulu ya.” Itulah yang dikatakan Rudi diujung telepon
5 tahun berlalu, Rudi tak pernah pulang sama sekali walaupun uang kiriman bulanan untuk kakek Jajang tak pernah berkurang bahkan semakin banyak.
Suatu hari, penyakit Jantung Kakek Jajang kumat dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Sadar, hidupnya tidak akan lama lagi, kakek Jajang pun menelepon Rudi
“Nak, Ibumu ingin Ayah pergi menemuinya, apakah kamu bisa pulang untuk terakhir kalinya sebelum ayah pergi?”
Telepon diseberang sana terdiam beberapa saat, namun sayup-sayup terdengar isak tangis beberapa pria:
“Kek, kami minta maaf, Rudi, anak kakek telah meninggal dalam kobaran api saat menyelamatkan kami 5 tahun lalu. Kami tahu, ia sangat berbakti pada kakek, sebelum meninggal, ia berpesan berulang kali pada kami, supaya merahasiakan berita buruk ini pada kakek. Kami akhirnya memutuskan, untuk pura-pura menjadi anak kakek.”
Mendengar itu, ponsel kakek Jajang langsung jatuh ke tanah mendengar kabar itu, tangannya bergetar melihat foto-foto anaknya, air matanya pun jatuh mengalir deras.
Dalam keadaan sedih tak tertahankan, Kakek Jajang menutup mata dan akan segera bertemu istri dan anaknya.
Selamat jalan Kek, berbahagialah di sana bersama.
Sumber : erabaru
Share :