Teknologi Nuklir Indonesia Diakui Internasional, Indonesia Diam Diam Kembangkan Senjata Nuklir...



Kesiapan Indonesia dalam memanfaatkan energi nuklir diakui International Atomic Energy Agency (IAEA) atau Badan Tenaga Atom Internasional.
Nuclear Technology Spesialist IAEA, Harikhrishnan Tulsidas bahkan menyatakan Indonesia sudah siap untuk mulai membangun PLTN.

"Indonesia sendiri sudah menerapkan teknologi nuklir di berbagai lini. Seperti pengembangan pangan dan pertanian," kata dia, Selasa (2/1/2018).

Dengan potensi yang dimiliki Indonesia, termasuk sumberdaya yang ada, Indonesia mempunyai kesempatan besar dalam penerapkan energi tersebut.
"Menurut saya tidak ada alasan bagi Indonesia dalam menunda penerapan teknologi ini," katanya.
Meski memiliki potensi dan kesiapan dalam mengelola energi nuklir, Indonesia hingga saat ini belum mulai merintis Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Padahal Indonesia menjadi salah satu negara rujukan dalam pengembangan teknologi energi nuklir.
Deputi Bidang teknologi Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Taswanda Taryo mengatakan secara kesiapan, Indonesia sudah lebih dulu dibandingkan beberapa negara yang sudah mulai menerapkan PLTN, seperti Uni Emirat Arab.

Bahkan teknologi yang diterapkan di Indonesia sangat aman.
"Secara teknologi sudah siap, namun dibutuhkan insfrastruktur perlu disiapkan dan menunggu persetujuan pemerintah," ungkapnya dalam konferensi pers yang digelar di Hyatt Regency, Selasa (2/1/2018).


Kendati demikian PLTN masih menjadi opsi terakhir dalam pengembangan energi alternatif di Indonesia. Kondisi ini dipengaruhi banyaknya pertanyaan yang muncul ketika energi ini diterapkan.
"Yang sering muncul seperti kekhawatiran pengelolaan limbah nuklir hingga ketergantungan uranium sebagai bahan baku nuklir kepada luar negeri. Kekhawatiran yang berlebih ini pada akhirnya menjadi hambatan penerapan PLTN," kata dia.
Padahal, sumberdaya uranium dan thorium di Indonesia sangat melimpah.

Saat ini Batan sudah menemukan sumber uranium di wilayah Mamuju, Sulawesi Barat dengan potensi sebesar 77 ribu ton dan thorium di wilayah Bangka Belitung dengan potensi mencapai 125 ribu ton.

"Dengan potensi tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik hingga 40 tahun mendatang. Dengan potensi ini, secara mandiri kita dapat menghasilkan energi tanpa ketergantungan kepada negara lain," ujarnya menjelaskan.



Selain itu mempersiapkan PLTN membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan pengembangannya. Setidaknya dibutuhkan tujuh tahun hingga PLTN siap beroperasi.
"Jika tidak dimulai dari sekarang, kapan Indonesia dapat menerapkan teknologi," kata Taswanda. (tribunjogja.com


Share :

BACA JUGA :

close