INFOBERITATERKINI.COM - Suami SIAGA alias siap antar jaga. Pernah nonton iklan ini di tv? Lalu apa komentar Anda setelah membaca kisa pilu ini?
Slogan suami siaga bukanlah hanya sebatas slogan biasa. Seorang suami memang harus menjadi suami siaga dengan sangat baik ketika istri sedang hamil dan mau melahirkan. Sebab jika tidak siaga, taruhannya adalah nyawa.
Slogan suami siaga bukanlah hanya sebatas slogan biasa. Seorang suami memang harus menjadi suami siaga dengan sangat baik ketika istri sedang hamil dan mau melahirkan. Sebab jika tidak siaga, taruhannya adalah nyawa.
Sebagai orang terpenting dalam kehidupan isteri dan janin, suami harus siap 200% mendekati dan saat hari H.
Baik saat masa kehamilan dan pada saat masa persalinan, sang suami harus tahu apa yang mesti dilakukannya.
Jangan sampai karena ketidaketahuan sang suami, malah membuat bahaya sang ibu dan janin.
Selain itu, sebagai kepala rumah tangga, biasanya suami mengambil keputusan atas apa yang terjadi kepada istri di masa-masa yang genting.
Dan ketika direkomendasikan oleh dokter, sang suami juga harus mau mendengarkan saran dari dokter.
Karena, jika tidak mungkin hal buruk bisa menghampiri si ibu dan anak.
Hal itulah yang terjadi kepada seorang pria yang memiliki istri yang sedang hamil anak ketiganya.
Sang suami menolak mentah-mentah saran dari dokter padahal, kondisi sang istri padahal saat itu sedang mengalami darah tinggi dan air ketuban kandungannya hampir habis.
Rekomendasi dari dokter adalah membawa sang istri untuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.
Tetapi, sang suami malah menolak rekomendasi tersebut dengan alasan bahwa kedua anaknya sebelumnya juga lahir dengan kondisi yang mirip dengan kondisi sekarang.
Namun, nasib nahas akhirnya terjadi, bukannya anak ketiga tersebut lahir dengan selamat, malah sang ibu dan bayinya meninggal dunia.
Cerita tersebut diunggah di Facebook oleh akun Rudz Kaka.
Begini kronologi lengkapnya:
"Cerita sedih
"Suami juga perlu diberi pengetahuan untuk menjadi Suami Siaga"
Sore hari ditanggal 6 September 2017, seorang ibu hamil ditemani oleh suami dan ibu bidan datang berkunjung utk memeriksakan kehamilannya, tidak ada yang janggal dg penampakan fisik sang ibu, tetapi saya sangat kaget ketika mengetahui bahwa Tekanan Darah (TD) pasien saat diperiksa diruang depan mencapai 220/170 mmhg.
Tidak ada keluhan sama sekali dari pasien, dan dikatakan dari kehamilan yang pertama selalu tinggi TD nya.
Saya lakukan pemeriksaan, dengan hasil kondisi janin dalam kondisi yang tidak baik, Air ketuban hanya sedikit dan nyaris habis (Oligohidramnion), Tafsiran berat badan janin kurang dan tidak sesuai dengan Usia Kehamilnya atau yg dalam istilah medis disebut "Intrauterine Growth Restriction (IUGR).
Dengan Kondisi Ibu dan Janin seperti ini, saya mengharuskan pasien untuk segera dirujuk ke Rumah Sakit dan segera diberikan perawatan emergency,.
Yang terjadi adalah, suami pasien dengan TEGAS menolak untuk dilakukan rujukan ke rumah sakit, dia berpendapat bahwa istrinya sudah terbiasa dg TD setinggi itu, dan selama hamil anak pertama dan kedua, TD istrinya juga setinggi itu dan tidak terjadi apa-apa.
Saya memberikan penjelasan kembali, bahwa kondisi ibu sekarang ini tidak bisa dianggap remeh temeh, dan bapak harus bersyukur bahwa dg kondisi seperti ini pada kehamilan pertama dan kedua Tuhan masih memberikan kasih sayang nya pada bapak ibu berdua, tetapi kita tidak akan tahu bagaimana kehamilan yg ketiga ini akan terjadi.
Tampak istrinya sebenarnya mau jika dilakukan rujukan, tetapi suami pasien tetap tidak mau.
Saya memberikan penjelasan bahwa risiko yang akan terjadi adalah:
1. Ibu akan mengalami Kejang (Eklampsia).
2. Bayi akan meninggal di kandungan (IUFD).
Dengan penjelasan tersebut suami pasien tetap MENOLAK untuk dilakukan rujukan ke Rumah sakit.
Saya langsung koordinasi dg Group WhatsApp 5H3 center (Group yg berisi tenaga medis dan pemangku kesehatan utk pelayanan ibu hamil dan neonatus).
Saya minta dikoordinasikan dg bu bidan, kepala puskesmas dan yg penting juga dg lintas sektoral yaitu bapak Kepala Dusun.
Tanggal 7 September 2017 siang hari, Tim dari Puskesmas dg didampingi bapak Kadus melakukan kunjungan rumah pasien untuk kembali memberikan penjelasan dan meminta pasien mau untuk dilakukan rujukan ke RS.
Suami Pasien dg tegas kembali MENOLAK.
Akhirnya Tim meminta untuk suami pasien menandatangani surat penolakan.
Tim pulang dg hasil Tidak berhasil membujuk suami pasien untuk dilakukan rujukan.
Dinihari tanggal 8 September 2017, sekitar 01.30 Wita, saya ditelpon dari dokter Puskesmas memberitahukan bahwa pasien tersebut mengalami Kejang sebanyak 4 kali, dan saat ini sedang dipersiapkan untuk dilakukan rujukan emergency ke RS, saya tanya bagaimana kondisi pasien dan janin.
Kondisi Janin sudah tidak terdengar Denyut Jantung Janin (DJJ), dan kondisi pasien saat ini kesadaran menurun tidak bisa diajak komunikasi.
Pasien akhirnya dijemput ambulance utk dirujuk.
Siang hari 14.40 setelah melahirkan bayi perempuan dg Berat badan 1800 gram dan tidak menangis, pasien menghirup nafas yang terakhir,
Tragis,.
Semoga pasien diterima oleh Tuhan YME.
Pelajaran kita adalah.
Seharusnya pasien ini sangat Preventable, dan ternyata Suami juga memerlukan pengetahuan tentang kondisi ibu, sehingga bisa mensuport istri dalam merawat kehamilan dan merencanakan persalinnya.
Ayo segenap laki-laki persiapkan diri kalian menjadi Suami Siaga bagi istri-istri kalian.
Maumere, 10/9/2017"
Unggahan yang telah dibagikan 4287 kali dan 2 ribu likes ini pun langsung dikomentari oleh netizen.
Kebanyakan menyayangkan aksi yang dilakukan oleh suami yang tidak mau mendengarkan saran dan nasihat dari sang dokter yang akhirnya malah merenggut dua orang yang disayanginya.
Namun, ada juga yang menganggap keluarga ini dari keluarga yang tak mampu sehingga mereka takut untuk melakukan perawatan ke rumah sakit.
Annisa Karnadi: Terima kasih atas kisahnya Dok Rudz Kaka. Semoga makin banyak pasien bisa mengambil pembelajaran sehingga kisah ini tidak terulang lagi. Sebab satu kasus sudah terlalu banyak bagi kita..
Riana Arti Listiani: Wah suaminya egois bener...pasti dia sangat sedih menyesalll kehilangan istri dan anaknya
Ririn Setyowati: Ak jg perna ad pasien seperti itu alhamdllah ibu nya gk papa tapi sayang bayi nya yg gk ketolong..
Liza Oktaria: Akibat keegoisan suami sotoy, ngorbanin nyawa istri & anaknya.. kasian 2 anaknya yg lain
MamaNya Mey Ngistha: Pernah hampir mengalami hal serupa, ,,,,,tapi suami udah di bentak duluan sama ayah saya,,,hahahaha. Intinya uang masih bisa di cari, tapi nyawa bagaimana?
Amirsyah Amirsyah: Suami harus banyak baca ttg kehamilan dan perawatan bayi-anak.
Waktu istri hamil, saya baca berulang2 buku "9 Bulan yg Menakjubkan".
Rizky Andiri Ummu Husna: Kayanya keluarga ga mampu ya... Jd mgkn takut biaya mahal.
Sri Hadiati Martiningsih: mgknkah krn takut dg biaya? trnyta di indonesia jg ada yg kyk gni....ijin share
Gimana menurutmu?
Sumber artikel diambil dari merdeka.com
Share :